Halaman

Minggu, 22 September 2013

artikel kedua



Dalam menjalani kehidupan ini kita tidak pernah berhenti membuat pilihan! Kalau kita tidak mau memilih, maka orang lain atau lingkungan-lah yang akan menentukan pilihan bagi kita! Salah satu pilihan sulit yang dilematis adalah pilihan antara duniawi dan surgawi; keduanya kita inginkan dan kita butuhkan, namun keduanya saling bertentangan!
Bagi orang waras (baca: orang percaya) tentu akan memilih kerajaan Sorga atau kehidupan kekal karena hal duniawi manakah yang bisa dibandingkan dengan keabadian bersama Allah? Kerajaan Sorga adalah pilihan wajib yang tak tergantikan! Tapi, itu baru wacana, baru pilihan sebatas kata-kata! Untuk benar-benar menentukan pilihan itu sebagai jalan hidup ternyata ada konsekuensi dan syarat-syarat yang sangat berat. "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Luk 14:26-33).
Betapa beratnya tantangan untuk menjadi muridNya! Beranikah kita menerimanya? Mampukah kita mengorbankan segala yang kita miliki untuk mengikuti Dia? Tampaknya tidak mungkin bagi manusia namun bagi Allah tidak ada yang mustahil!
Tuhan Yesus menyarankan agar kita mempertimbangkan masak-masak sebelum menentukan pilihan itu dan ‘celakanya’, sadar atau tidak, dengan dibaptis dan menjadi katolik, kita sudah menentukan pilihan yang super berat itu!
Allah tentu mengetahui kelemahan manusia ciptaanNya, karena itu Dia selalu terbuka menerima anakNya yang berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan kehendakNya! Bisakah orang mendengarkan, merenungkan dan melakukan Firman Allah dengan perut lapar, atau ketika keluarga tercerai-berai terbelit masalah ekonomi, pertengkaran/perselingkuhan atau penyakit berat?
Menyiasati dilemma ini bisa dilakukan dengan berusaha tidak mempertentangkannya secara langsung: memilih persoalan duniawi yang masih bisa ditoleransi. Apakah salah bekerja keras mencari nafkah? Apakah tidak boleh mengutamakan saudara dan keluarga sendiri? Apakah berdosa rekreasi, beristirahat dan menghibur diri? Selama kita bersyukur, berdoa dan beramal dengan tulus; selama kita tidak melalaikan ibadat kepadaNya, kiranya Allah juga tidak akan menghukum kita! Bukankah Yesus juga bersabda: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah"? Semoga

Inline article positioning by Inline Module.

artikel pertamaku

Workshop Blog Paroki Monika BSD